Oleh: Muhammad Rajab*
Tepatnya 26 November 2011 umat Islam memperingati hari yang sangat penting dan berharga dalam sejarah Islam. Atas dasar pentingnya hari itu maka Umar bin Khattab ra menetapkannya sebagai awal tahun Hijriyah. Pada hari itu terjadi peristiwa yang begitu agung dalam perjalanan dakwah Islam. Di mana Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah dengan para sahabat kaum Muhajirin melakukan hijrah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Secara bahasa hijrah adalah berpindah, yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain.
Dalam perjalanan yang heroik tersebut umat Islam meninggalkan segala sesuatu yang dicintainya di Makkah demi mengejar cahaya ilahi yakni sebuah perubahan. Dalam pemberangkatan hijrah, para sahabat berangkat terlebih dahulu ke Madinah, yang kemudian disusul oleh Nabi Muhammad SAW yang ditemani sahabat paling dekatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Peristiwa hijrah ini tidak hanya dilatarbelakangi kondisi umat masyarakat Makkah yang selalu menentang dan menyiksa umat Islam, akan tetapi juga situasi dan kondisi umat Islam yang berada di Madinah, di mana perkembangan orang yang masuk Islam di Madinah semakin hari semakin banyak. Haikal dalam bukunya Hayatu Muhammad menyebutkan bahwa peristiwa bersejarah ini terjadi setelah Rasulullah SAW melakukan Baiah ‘aqabah kedua yang diikuti oleh 73 orang. Di mana mereka berjanji kepada Rasulullah untuk membela dan meperjuangkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah kejadian itu kemudian Islam di Madinah menjadi semakin tersebar dan kemudian banyak juga orang Madinah yang masuk Islam.
Semangat perubahan
Untuk mengenang peristiwa agung tersebut umat Islam di dunia saat ini memperingatinya dengan berbagai macam kegiatan. Seakan hari ini menjadi bagian ritual umat Islam, khususnya yang harus diperingati. Hal ini dilakukan mengingat betapa pentingnya peristiwa hijrah tersebut untuk diambil pelajaran dalam kehidupan dan perjalanan dakwah Islam hingga saat ini.
Pelajaran yang sangat berharga dalam hijrah adalah perubahan. Semangat perubahan yang ada pada diri Nabi dan umat Islam kala itu begitu menggebu-gebu, dari kondisi umat yang awalnya lemah ketika berada di Makkah menjadi umat yang kokoh dan berperadaban tinggi.
Hijrah merupakan titik awal perubahan dalam dakwah Islam. Dakwah tidak lagi hanya dilakukan dengan jalur personal dan halaqah-halaqah dengan sahabat, akan tetapi juga diterapkan melalui jalur politik. Umat Islam mulai membangun kekuatan politik melalui jalur diplomasi dan mengadakan perdamaian dengan masyarakat Yahudi dan berbagai macam suku di Madinah dan di sekitarnya.
Pada saat itu pula Rasulullah SAW mempersaudarakan dua suku besar Madinah Aus dan Khazraj. Sebelumnya, kedua suku ini saling bermusuhan dan bertentangan yang puncaknya terjadi peperangan di antara keduanya yang disebut dengan peristiwa Bu’as. Hal ini merupakan kenikamatan besar yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka dengan datangnya Islam yang menebarkan ruh persaudaraan di antara mereka (QS. Ali Imran: 103).
Semangat perubahan yang terdapat dalam peristiwa hijrah ini merupakan pelajaran penting bagi seluruh umat Islam di dunia. Sebuah pelajaran yang tidak dimiliki oleh agama lain selain Islam. Sehingga sangat penting bagi umat Islam untuk mengenang dan mentadabburi peristiwa tersebut. Mengenang bukan dalam arti hanya mengadakan ritual-ritual semata, akan tetapi lebih dari itu menginternalisasikan nilai-nilai hijrah dalam diri umat Islam.
Pesan hijrah ini sesuai dengan tujuan datangnya Islam, yakni litukhrijannasa min adz-dzulumati ila an-nur, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Kalau dahulu Nabi hijrah dari tempat yang tidak berperadaban (Makkah) menuju tempat yang berperadaban (Madinah), maka sekarang umat Islam juga penting untuk melakukan hijrah. Hijrah yang dimaksud adalah berpindah dari yang awalnya berada dalam kesesatan menuju petunjuk Allah SWT, dari yang awalnya berada dalam kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah SWT, dan dari kekufuran menuju keimanan yang hakiki.
Hijrah Indonesia
Indonesia yang mayoritas masyarakatnya muslim seyogyanya mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah ini. Kondisi Indonesia yang carut-marut, mulai dari aspek politik, ekonomi, sosial, pendidikan, sangat penting untuk melakukan hijrah, dalam artian melakukan perpindahan atau perubahan menuju arah yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Setiap hari kita selalu disodori dengan berbagai macam persoalan bangsa yang tak kunjung hilang. Mulai dari kemiskinan, korupsi, dan kekerasan. Berbagai macam kasus yang selalu menghantui Indonesia ini patut mendapatkan perhatian dari kita semua, mulai dari lapisan pemerintah atas, hingga rakyat bawah.
Momen hijrah ini penting sekali untuk kita pelajari dalam rangka mengadakan perubahan Indonesia menuju negara yang aman dan makmur. Kemiskinan dalam hal ini menjadi agenda mendesak negara untuk dilakukan. Hal ini mengingat bahwa masalah sosial semacam ini merupakan cermin ketidakbecusan negara dalam menjalankan amanatnya untuk mensejahterakan rakyat Indonesia.
Selama ini kita sebagai bangsa Indonesia selalu merayakan awal tahun hijriah ini dengan berbagai macam ritual kegiatan, mulai dari pengajian, perlombaan, dan semacamnya. Akan tetapi, kita masih belum mampu menginternalisasikan spirit hijrah untuk melakukan perbaikan Indonesia ke depan. Ritual yang dilakukan hanya sebagatas rutinitas yang apabila selesai melaksanakannya akan hilang pula spirit yang ada di dalamnya.
Tentunya, bukan ini yang dimaksud mengenang peristiwa hijrah. Akan tetapi yang lebih penting untuk digarisbawahi dalam perayaan hari bersejarah ini adalah perubahan. Mulai dengan memberantas korupsi, mengentaskan kemiskinan, mengurangi tindak kekerasan dan kejahatan di masyarakat. Masyarakat Indonesia sudah lama mendambakan perubahan karena sudah sekian tahun Indonesia dijangkit penyakit korupsi dan kemiskinan, yang sampai saat ini masih belum tuntas.
Untuk itu, awal tahun baru hijriah ini merupakan kesempatan bagi kita bangsa Indonesia untuk melakukan sebuah perubahan. Dimulai dari yang terkecil, dimulai dari diri kita, keluarga, masyarakat dan negara. Semoga spirit hijrah bisa tertancap dalam sanubari bangsa Indoensia semuanya. Amin..
*Penulis adalah
Alumnus Tarbiyah FAI dan Penggiat Kajian di Pusat Studi Islam dan Filsafat Unmuh Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar