Oleh: Muahammad Rajab*
Tidak dapat kita pungkiri
bersama, kemajuan teknologi semakin hari semakin pesat, khususnya teknologi
informasi seperti televisi, internet dan lain sebagainya. Kemajuan teknologi
ini tidak hanya mengubah gaya hidup masyarakat, akan tetapi juga telah mengubah
cara pandang dan paradigma masyarakat terhadap segala sesuatu. Semua sendi
dalam kehidupan masyarakat telah disentuh oleh teknologi.
Kalau kita mau melihat pada
televisi, teknologi ini seakan menjadi teman makan, tidur, curhat dan bahkan
bisa menjadi guru bagi kita. Siapa yang dapat memungkiri, mayoritas rumah-rumah
khususnya di Malang dan umumnya di Indonesia tidak dapat terhindarkan dari
televise. Bagi yang tidak punya televisi dianggap orang yang ketinggalan zaman
dan informasi.
Secara objektif televisi sebenarnya dapat
memberikan dampak negatif dan dapat pula memberikan dampak positif terhadap
masyarakat. Dampak positifnya misalnya, dengan adanya televisi, kita bisa
menonton berbagai macam berita dan informasi di berbagai penjuru denia dengan
lebih jelas dibandingkan dengan media cetak. Selain itu, data dan informasi
yang kita dapat lebih akurat.
Adapun, satu hal yang terkadang kita
kurang menyadarinya, bahwa televisi juga dapat memberikan dampak negatif,
khususnya bagi anak-anak. Pengaruh yang dihasilkan televisi terhadap jiwa anak
sangat signifikan. Kalau televisi tersebut menayangkan sesuatu hal yang tidak
mendidik moral anak, maka perilaku (attitude) anak akan mudah
terkontaminasi dengan apa yang dilihat dan disaksikannya di layar kaca.
Dalam ilmu pendidikan terdapat tiga teori
dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, yaitu nativisme (teori yang
mengatakan bahwa manusia tergantung gen yang dibawa dari orang tuanya), impirisme
(teori yang mengatakan bahwa manusia sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan),
dan konvergensi (penggabungan antara nativisme dan impirisme).
Dan jika kita lihat juga dalam
disiplin ilmu psikologi perkembangan, ada dua faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan seseorang, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor
lingkungan. Akan tetapi yang paling dominan di sini adalah faktor lingkungan. Dalam
sebuah hadits dikatakan: “Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan suci,
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
Dan satu hal yang perlu kita
ketahui, khususnya bagi orang tua, bahwa seseorang yang masih berada pada masa anak-anak,
kecenderungan untuk meniru sesuatu yang dilihatnya sangatlah besar. Moralnya
bisa menjadi buruk dan juga bisa menjadi baik tergantung dengan apa yang
dilihat dan disaksikan di hadapan matanya. Jika yang dia lihat sehari-harinya
adalah sinetron, maka jangan salahkan anak kalau dia seneng pacaran di masa
anak-anak. Dan ini jelas membahayakan anak, khususnya bagi pendidikannya.
Dengan pacaran, konsentrasi anak akan terganggu, sehingga akan berakibat fatal
terhadap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Rusaknya konsentrasi anak terhadap
pendidikan merupakan satu problem besar yang nantinya akan berakibat fatal
terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Karena anak adalah generasi
penerus yang akan meneruskan perjuangan bangsa ke depan. Di tangannya terdapat
tanggung jawab untuk meneruskan para pendahulunya dalam mengembangkan dan
memajukan bangsa. Mana mungkin bisa memajukan bangsa kalau moral dan pendidikannya
rendah?.
Oleh karena itu, para orang tua
hendaknya dapat mengontrol anak di dalam rumahnya, khususnya ketika dia
menonton televisi. Sebab, tayangan-tayangan yang ada saat ini mayoritas
tayangan-tayangan yang tidak mendidik, seperti sinetron, film horor dan
tayangan yang tidak mendidik lainnya. Mengontrol dalam artian bukan berarti
melarang anak, akan tetapi meluruskan apa yang dikerjakan dan dilihat anak di
telivisi. Sebab, jika anak dilarang untuk berbuat sesuatu, sepeerti dengan
mengatakan kata-kata “jangan”, ini akan mengedonkan mental dan psikis anak.
Selain
itu, para orang tua juga hendaknya pandai-pandai memberikan pengarahan dan
pemahaman terhadap anaknya, bahwa televisi bukanlah satu hal yang seharusnya
dia tonton setiap hari. Akan tetapi bagaimana si orang tua dapat memberikan
pemahaman kepada anak tentang pentingnya pendidikan. Karena penyadaran yang
diberikan orang tua kepada anaknya lebih efektif dibandingkan dengan memberikan
larangan kepada anak untuk melakukan suatu perbuatan. Dengan kesadaran tersebut
diharapkan anak berbuat sesuatu atas kesadaran dirinya dan bukan karena
pakasaan dari orang tua.
Jika anak dapat terhindar dari
bahaya televisi, yang sering sekali menampilkan film-film tak mendidik dan tidak
mencerminkan nilai-nilai kepribadian bangsa, seperti sinetron, film mistis dan
semacamnya, maka moral anak secara otomatis akan terhindar dari penetrasi moral
dan budaya barat yang sengaja diselipkan dalam tayangan-tayangan televisi dan tidak
mencerminkan nilai-nilai kesopanan sebagaimana yang telah menjadi junjungan
bangsa Indonesia. Sehingga dari itu diharapkan dapat membentuk dan memperbaiki
moral bangsa yang hari ini masih terpuruk.
*Penulis
adalah Aktivis Forum Studi Islam FAI dan Reporter BESTARI UMM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar