Oleh: Muhammad Rajab*
Pendidikan merupakan suatu proses
transformasi ilmu pengetahuan, nilai dan budaya demi terciptanya manusia yang
hidup mandiri di masa yang akan datang dan siap mengahadapi tantangan zaman.
Proses inilah yang akan menyiapkan generasi-generasi yang matang, baik
intelektual, emosional dan spiritual dalam menghadapi tantangan kehidupan di
era globalisasi.
Dengan proses ini, pendidik dituntut untuk
bisa mengajar, mengatur, menuntun dan mengarahkan anak didik supaya anak didik
bisa menjadi orang yang kreatif dan inovatif serta mempunyai moral yang baik. Bukan
hanya itu, pendidik juga dituntut untuk memberikan contoh yang baik kepada anak
didiknya. Agar tidak terjadi kecemburuan dan prasangka yang tidak baik pada
diri anak terhadap pendidik.
Proses pendidikan akan berjalan dengan
lancar, jika antara pendidik dan anak didik ada hubungan yang sehat dan rasa
saling memahami serta saling mempercayai demi tercapainya tujuan pendidikan yang
terdapat dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan .
Untuk menciptakan hubungan yang sehat maka
diperlukan adanya komunkasi yang baik antara keduanya, baik berupa perkataan
maupun tindakan. Tindakan yang dimaksudkan di sini adalah keteladanan dari
seorang guru. Karena dengan teladan yang baik, anak didik akan lebih mudah
untuk percaya terhadap gurunya.
Teladan yang baik dari seorang guru sangat
penting dalam dunia pendidikan. Dengan contoh yang baik seorang anak didik akan
termotivasi untuk meniru dan mengikuti perilaku seorang guru. Teladan yang baik
pula akan memperlancar tercapainya tujuan dari proses pendidikan. Misalnya,
Seorang murid di TK, dia lebih cepat dalam menangkap apa yang ia lihat dari
pada yang ia dengar. Demikian pula pada pada anak yang duduk di SD, SMP, SMA
dan yang sederajat.
Demikian pula dalam pendidikan keluarga,
keteladanan yang baik sangat dibutuhkan dari orang tua. Anak akan melihat
langsung apa yang telah dilakukan dari orang tuanya. Dalam mendidik anak di
lingkungan keluarga, bukan hanya nasehat atau ucapan saja yang dibutuhkan oleh
seorang anak. Akan tetapi yang terpenting adalah teladan yang baik darinya. kareana
kecenderungan meniru bagi seorang anak lebih besar dari pada mengikuti ucapan yang
tidak diikuti dengan contoh dalam mengaplikasikannya.
Selain itu, lingkungan pula memberikan
pengaruh terhadap proses kelancaran pendidikan. Seorang anak yang hidup di
lingkungan yang baik, maka ia akan terkontaminasi untuk mengikuti tradisi yang
ada di lingkungannya, walaupun tidak banyak, tetapi pasti memberikan sumbangsih
dalam membentuk karakternya. Sebaliknya anak yang hidup dalam lingkungan yang
rusak/tidak baik, maka ia akan memperoleh dampak negatif terhadap dirinya dalam
pengembangan ilmu dan pembentukan karakternya.
Maka dari itu, pengawasan pendidik, baik
dari pihak keluarga maupun lembaga sangat dibutuhkan, untuk mengontrol
pergaulan anak yang hidup di lingkungan yang beraneka ragam sifatnya. Jika dia
hidup dalam lingkungan yang baik maka seorang pendidik harus bisa mengarahkan
anak didiknya untuk meniru dan mengikuti kebiasaan yang ada dalam lingkungan
tersebut. Tetapi, jika dia hidup dalam lingkungan yang buruk, maka control dari
seorang pendidik harus lebih ditingkatkan, untuk menahan anak supaya tidak
terkontaminasi dengan keadaan lingkungan yang tidak baik itu.
Rusaknya generasi muda merupakan salah
satu akibat dari pengaruh lingkungan yang tidak baik dan minimnya keteladanan
yang baik dari seorang pendidik baik dari keluarga maupun lembaga. Jika
generasi muda ini rusak, maka masa depan bangsa ini menjadi suram dan dan
gelap. Karena pemudalah yang akan melanjutkan perjuangan generasi yang telah
mendahului mereka, sebagaimana dalam pepatah dikatan: “pemuda hari ini
adalah pemimpin hari esok”.
Perlu disadari secara mendalam, bahwa
maksud dan tujuan pendidikan pada hakikatnya bukan hanya untuk menjadi anak
yang pintar, cerdas dari segi intelektualnya. Akan tetapi yang paling penting
dari esensi pendidikan adalah terciptanya manusia yang bermoral dan berbudi pekerti
yang mulia. Berapa banyak orang yang pintar akan tetapi mereka masih berlaku
bejat terhadap dirinya, orang lain dan bangsa. Kasus korupsi kita dengar terus
menerus di berbagai media. Padahal mereka adalah orang-orang yang cerdas,
pintar berkedudukan tinggi.
Tentu kita tidak ingin generasi muda
Indonesia ini rusak,baik moral maupun intelektualnya. Pemerintah juga tidak
ingin Negara ini menadi Negara yang terbelakang dalam segala bidang. Jika hal ini
tidak ingin terjadi maka yang harus diperbaiki dan ditingkatkan pertama kalinya
adalah kualitas pendidikannya. Karena pendidikan adalah ibarat akar sebatang
pohon, yang mana jika akarnya mati, maka matilah seluruh cabang-cabangnya, dan
apabila akarnya baik dan sehat, maka cabang-cabangnya akan ikut sehat.
Untuk memperbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia, maka pemerintah dan lembaga harus selektif dalam memilih guru. Guru
yang seharusnya dipilih adalah guru yang profesional, yaitu guru yang mempunyai
tingkat kompetensi yang tinggi dan bermoral. tapi yang kedua adalah harus tetap
lebih diutamakan, walaupun antara satu dengan yang lain tidak boleh dipisahkan.
Dengan moral yang baik itu, guru akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
amanah yang diembannya. Dengan moral yang baik pula akan nampak dari seorang
guru keteadanan yang baik, sehingga dengan teladan itu seorang murid lebih
tertarik untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh gurunya. Apalah artinya
seorang guru itu pintar, cerdas, tapi tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang
besar terhadap apa yang ia didik. Pada akhirnya juga dia tidak bisa meaksanakan
tugasnya dengan baik.
Moralitas yang baik itu merupakan sesuatu
yang harus ada pada diri seorang pendidik. karena dia adalah yang akan mempersiapkan
generasi mendatang. Bagaimana dia bisa mentransfer nilai-nilai yang baik, jika
pada dirinya tidak ada nilai-nilai tersebut. Seorang pendidik juga harus mampu
memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya. Karena dengan itulah tujuan
pendidikan untuk menciptakan generasi yang bermoral bisa tercapai.
Secara historis, telah dibuktikan bahwa
teladan yang baik mampu membentuk generasi-generasi unggulan dalam menghadapi
tantangan kehidupan. Dia adalah Nabi Muhammad SAW yag telah mampu merubah
keadaan peradaban Arab yang sebelumnya tidak berpendidikan menjadi berpendidikan,
dari kebodohan kepada cahaya ilmu yang terang menderang. Dengan teladan yang
baik yang ada pada dirinya, beliau mampu mempersiapkan generasi penerus beliau,
dari para sahabat hingga sekarang dan kita bisa menikmati hasil perjuangannya. Teladan
yang ada pada dirinya juga telah mampu menyinari seluruh penjuru dunia. Dunia
yang berada dalam kegelapan bisa diubah dalam waktu yang relatif singkat yaitu
23 tahun.
Oleh karena itu, sekali lagi supaya
nilai-nilai mulia pendidikan bisa terimplementasikan dalam setiap aktivitas
sehari-hari, maka hendaknya pendidik bisa memberikan teladan yang baik kepada
mereka. Ini tidak akan pernah terjadi tanpa ada kesadaran pada diri setiap
pendidik baik guru maupun orang tua. Kesadaran ini bisa dibentuk dengan adanya
keinginan-keinginan baik dari seorang pendidik terhadap anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar