Ads 468x60px

Subscribe:

Labels

Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Februari 2012

AWAN MENGIKUTI ORANG YANG BERTAUBAT


Diriwayatkan bahawa seorang tukang jagal terpesona kepada budak tetangganya. Suatu saat
gadis itu mendapatkan tugas menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu
mengikutinya dari belakang sampai akhirnya berhasil menemukannya. Si tukang jagal lalu memanggil gadis
itu dan mengajaknya menikmati kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab,

"Jangan lakukan. Meskipun sangat mencintaimu, aku sangat takut kepada Allah."

Mendengar jawapan itu, si tukang jagal merasa dunia berputar. Kerana menyesal dan sedar
hatinya gementar, tenggoroknya kering dan hatinya semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut
kepada Allah sedangkan aku tidak."


Dia pulang sambil bertaubat. Di jalan ia diserang haus dan nyaris mati. Is kemudian bertemu
seorang soleh. Mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan menaungi mereka
berdua sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka berdua yakin bahawa awan itu untuk orang yang
soleh. Kemudian mereka berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi si
tukang jagal itu sampai dia tiba di rumahnya. Orang soleh tadi hairan melihat kenyataan ini.

Dia lalu mengikuti tukang jagal tadi lantas bertanya kepadanya dan dijawabnya juga di tempat
itu. Maka laki-laki soleh itu berkata, "Janganlah hairan terhadap apa yang kau lihat, kerana orang yang
bertaubat kepada Allah itu berada di suatu tempat yang tak seorang pun berada di situ."


Senin, 30 Januari 2012

Fathimah az-zahra rha dan Gilingan Gandum

Suatu hari masuklah Rasulullah SAW menemui anandanya Fathimah az-zahra rha. Didapatinya
anandanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan
dari batu sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya pada anandanya,

"apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu
menangis". Fathimah rha. berkata, "ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumahtanggalah yang
menyebabkan ananda menangis".

Lalu duduklah Rasulullah SAW di sisi anandanya. Fathimah rha. melanjutkan perkataannya,
"ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta 'aliy (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk
menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah".

    Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah SAW mendekati penggilingan
itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam
penggilingan tangan itu seraya diucapkannya "Bismillaahirrahmaanirrahiim".

    Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW
meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan
penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa
sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.

    Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, "berhentilah berputar dengan izin
Allah SWT", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin
Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa
Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan
kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq
dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab
Allah SWT suatu ayat yang berbunyi : (artinya)

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan".


Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka.
Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "bergembiralah karena engkau adalah
salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga". Maka bergembiralah penggilingan batu
itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia.

Rasulullah SAW bersabda kepada anandanya, "jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya
penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya
untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu
beberapa derajat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya,
maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan
mengangkatnya satu derajat.

Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka
Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Ya Fathimah, perempuan mana yang
meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka
Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang
yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Ya Fathimah, perempuan mana
yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air
telaga Kautshar pada hari kiamat.

Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu
tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do'akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa
ridha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?. Ya Fathimah,
 apabil seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat
untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan
darinya seribu kejahatan.

Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang
 berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari
dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia
meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah
taman dari taman-taman sorga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu
umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.

Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang
benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya
sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada
tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah. Ya Fathimah,
perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan
pandangan rahmat. Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk
berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari

 langit (malaikat), "teruskanlah 'amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah
lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang". Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan
rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT
akan memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan sakarotulmaut-nya,
dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga seta Allah SWT akan
menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat".

SUARA SYAITAN YANG MENGGODA KETEGUHAN IMAN

           SHEIKH ABDUL QADIR JAILANI adalah seorang alim ulama dan ahli sufi yang cukup
dikenali keutamaan dan kemuliaan ilmunya di kalangan umar Islam. Kerana sikapnya yang warak atau
dekat dengan Allah, banyak pengikutnya yang berlebih-lebihan memuliakannya. Diceritakan suatu hari
Sheikh Abdul Qadir jailani berjalan merantau seorang diri.

    Dalam mengharungi padang pasir yang panas terik itu ia merasa kehausan. Tiba-tiba ia melihat
sebuah bejana dari perak melayang di udara lalu perlahan-lahan turun kepadanya diselimuti awan
di atasnya.


Saat itu diceritakan terdengar suara ghaib di angkasa : "Hai Abdul Qadir, minumlah isi bejana ini.
Hari ini kami telah menghalalkan kamu makan dan minum semua yang selama ini aku haramkan .

Dan telah kugugurka semua kewajipan untukmu." Bunyi suara ghaib itu.
Sebagai orang yang arif, Abdul Qadir cukup tahu bahawa suara ghaib yang menyerupai wahyu itu cuma
syaitan yang menggoda keteguhan imannya. Maka marahlah ia dan berkata :

 "Hai mal'un beredarlah engkau dari sini. Sesungguhnya aku tiada lebih mulia dibandingkan dengan
Nabi Muhammad S.A.W di sisi Allah Taala. Kepada Rasulullah sahaja tidak mungkin berlaku ketentuan
semacam itu.

    Barang yang diharamkan Allah selamanya tetap haram, dan kewajipan hamba kepadanya
tidak pernah digugurkan termasuk pada diriku." Ujarnya tegas.

KISAH NYATA… KESABARAN SEORANG IBU


Prof. DR. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Manshiyah (Sebab-sebab yang terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Sang dokter berkata:
Pada suatu hari –hari selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat. Pada hari kamis pukul 11.15 –aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku melakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Azza Wa Jalla menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Azza Wa Jalla. Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.” Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut? Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!” Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Azza Wa Jalla serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi. Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kamipun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Dan akupun mengatakan kepada ibunya: “Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah, Ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.” Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah, spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat yang semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan dikepalanya. Maka sang ibu berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Azza wa Jalla, dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2C, maka kukatakan kepada sang ibu: “Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: “Alhamdulillah, Ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.” Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menangis histeris seraya berkata: “Wahai dokter, kemari! Wahai dokter, suhu badannya 37,6C, dia akan mati, dia akan mati.” Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang nomor 5, suhu badannya 41C lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien nomor 6 tentang ibu tersebut: “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.” Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang indah lagi agung: “Fathuba lil Ghuraba’ (Beruntunglah orang-orang yang asing)” Sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dengan bertawakkal kepada Allah: “Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi. Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya seumur hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencangkup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda. Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: “Sudah yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi. Aku tidak berharap. Keadaanya semakin gawat.” Diapun berkata: “Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya. Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan mengharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu? Sebelum kukabarkan kepada anda, Apakah anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdoa, dan merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla? Tahukah anda apa yang tejadi pada anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Azza wa Jalla sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya seakan-akan tidak ada sesuatu apapun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat. Kisah ini tidaklah berhenti sampai disini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki beserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia menjawab: “Tidak mengenal mereka.” Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: “Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.” Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan airmata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: “Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Tabaraka wa Ta’ala.”
Tahukah anda apa yang dia katakan? Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia. Sang suami berkata: “Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syari. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing/gosip), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendoakanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.” Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: “Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu membuka satu mataku terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” Kisah selesai…………. ( Dikutip dari kitab Asbab Manshiyah dan majalah Qiblati, edisi 01 tahun III, 10-2007 )
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Rasulullah Salallahu alaihi wasallam apabila ada sesuatu yang membuatnya senang, beliaupun mengucapkan: “Alhamdulillahil ladzi bini’matihi tatimmush shalihaat (Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.” Dan apabila ada sesuatu yang beliau benci, beliaupun mengucapkan: “Alhamdulillahi ‘ala kulli haal (Segala puji bagi Allah pada setiap keadaan).” (Hadits Shahih: shahihul Jami’ IV/201)

Ibuku hanya memiliki satu mata.

(Seorang sahabat menerjemahkan dari versi aslinya “the Story of The One-Eyed Mother”).

Aku membencinya… dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan.

Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang keluarga.

Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolah…

“Ibumu bermata satu?!?!?…. ejek seorang teman.

Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.

Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, “Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang , kenapa engkau tidak segera mati saja?!!?

Ibuku diam tak bereaksi.

Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini… Mungkin ini karena ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai perasaannya.

Malam itu…Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum.

Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses .

Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapore.

Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian, akupun mendapatkan anak-anak, juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.

Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika…

Apa ?! Siapa ini?!

Ini adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.

Aku bertanya padanya, “Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu!! !? kukatakan seolah-olah itu benar. Aku memakinya, “Berani sekali kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG JUGA!!!?.

Ibuku hanya menjawab, “Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat?” Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.

Oh syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi merasa lebih lega…

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin tahu saja.

Di sana , aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat ditangannya… Sebuah surat untukku.

“Anakku…

Aku rasa hidupku cukup sudah kini…

Dan… aku tidak akan pergi ke Singapore lagi…

Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu…

Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni sekolah . Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau …

Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat memalukan dirimu.

Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata. Jadi kuberikan salah satu mataku untukmu…

Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa marah dengan apa yang kau pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau memarahiku…

Aku berkata pada diriku, ‘Ini karena ia mencintaiku …’

source: http://lookman89.wordpress.com/2010/03/25/kenapa-syurga-ditelapak-kaki-ibu-ini-contohnya/

Rabu, 25 Januari 2012

KISAH PENDITA YANG INSAF

Ibrahim al-Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala
doanya oleh Tuhan. Beliau pernah menceritakan suatu peristiwa yang pernah dialaminya.

Katanya, "Menurut kebiasaanku, aku keluar menziarahi Mekah tanpa kenderaan dan kafilah.
Pada suatu kali, tiba-tiba aku tersesat jalan dan kemudian aku berhadapan dengan seorang rahib Nasrani
(Pendita Kristian)."

Bila dia melihat aku dia pun berkata, "Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?"

Ibrahim segera menjawab, "Ya, tidaklah aku akan menghalangi kehendakmu itu."

    Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengannya selama tiga hari tanpa meminta makanan
sehinggalah rahib itu menyatakan rasa laparnya kepadaku, katanya, "Tiadalah ingin aku memberitakan
kepadamu bahawa aku telah menderita kelaparan. Kerana itu berilah aku sesuatu makanan yang ada
padamu."

    Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun bermohon kepada Allah dengan
berkata, "Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku, janganlah engkau memalukan aku di hadapan seteru
engkau ini."


    Belum pun habis Ibrahim berdoa, tiba-tiba turunlah setalam hidangan dari langit berisi dua
keping roti, air minuman, daging masak dan tamar. Maka mereka pun makan dan minum bersama dengan
seronok sekali.

"Sesudah itu aku pun meneruskan perjalananku. Sesudah tiga hari tiada makanan dan minuman, maka di
kala pagi, aku pun berkata kepada rahib itu, "Hai rahib Nasrani, berikanlah ke mari sesuatu makanan
yang ada kamu.

    Rahib itu menghadap kepada Allah, tiba-tiba turun setalam hidangan dari langit seperti
 yang diturunkan kepadaku dulu."


    Sambung Ibrahim lagi, "Tatkala aku melihat yang demikian, maka aku pun berkata kepada
rahib itu - Demi kemuliaan dan ketinggian Allah, tiadalah aku makan sehingga engkau memberitahukan
(hal ini) kepadaku."

Jawab rahib itu, "Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka jatuhlah telekan makrifah
(pengenalan) engkau kepadaku, lalu aku memeluk agama engkau. Sesungguhnya aku telah membuang-buang
masa di dalam kesesatan dan sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepada-Nya.

    Dengan kemuliaan engkau, tiadalah dia memalukan aku. Maka terjadilah kejadian yang engkau
lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti ucapanmu (kalimah syahadah)."


"Maka sucitalah aku setelah mendengar jawapan rahib itu. Kemudian aku pun meneruskan perjalanan
sehingga sampai ke Mekah yang mulia. Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari
lagi di tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tiada kelihatan olehku, lalu aku mencarinya di masjidil
haram, tiba-tiba aku mendapati dia sedang bersembahyang di sisi Kaabah."


    Setelah selesai rahib itu bersembahyang maka dia pun berkata, "Hai Ibrahim, sesungguhnya
telah hampir perjumpaanku dengan Allah, maka peliharalah kamu akan persahabatan dan persausaraanku
denganmu."


    Sebaik sahaja dia berkata begitu, tiba-tiba dia menghembuskan nafasnya yang terakhir iaitu
pulang ke rahmatullah. Seterusnya Ibrahim menceritakan, "Maka aku berasa amat dukacita di atas
pemergiannya itu. Aku segera menguruskan hal-hal pemandian, kapan dan pengebumiannya. Apabila malam
aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan yang begitu cantik sekali tubuhnya dihiasi dengan pakaian
sutera yang indah."

    Melihatkan itu, Ibrahim pun terus bertanya, "Bukankah engkau ini sahabat aku kelmarin,
apakah yang telah dilakukan oleh Allah terhadap engkau?"


Dia menjawab, "Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak, tetapi dimaafkan dan
diampunkan-Nya semua itu kerana aku bersangka baik (zanku) kepada-Nya dan Dia menjadikan aku
seolah-olah bersahabat dengan engkau di dunia dan berhampiran dengan engkau di akhirat."

    Begitulah persahabatan di antara dua orang yang berpengetahuan dan beragama itu akan
 memperolehi hasil yang baik dan memuaskan. Walaupun salah seorang dahulunya beragama lain, tetapi
berkat keikhlasan dan kebaktian kepada Allah, maka dia ditarik kepada Islam dan mengalami
ajaran-ajarannya."

AWAN MENGIKUTI ORANG YANG BERTAUBAT

Diriwayatkan bahawa seorang tukang jagal terpesona kepada budak tetangganya. Suatu saat
gadis itu mendapatkan tugas menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu
mengikutinya dari belakang sampai akhirnya berhasil menemukannya. Si tukang jagal lalu memanggil gadis
itu dan mengajaknya menikmati kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab,

"Jangan lakukan. Meskipun sangat mencintaimu, aku sangat takut kepada Allah."

    Mendengar jawapan itu, si tukang jagal merasa dunia berputar. Kerana menyesal dan sedar
hatinya gementar, tenggoroknya kering dan hatinya semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut
kepada Allah sedangkan aku tidak."


    Dia pulang sambil bertaubat. Di jalan ia diserang haus dan nyaris mati. Is kemudian bertemu
seorang soleh. Mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan menaungi mereka
berdua sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka berdua yakin bahawa awan itu untuk orang yang
soleh. Kemudian mereka berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi si
tukang jagal itu sampai dia tiba di rumahnya. Orang soleh tadi hairan melihat kenyataan ini.

    Dia lalu mengikuti tukang jagal tadi lantas bertanya kepadanya dan dijawabnya juga di tempat
itu. Maka laki-laki soleh itu berkata, "Janganlah hairan terhadap apa yang kau lihat, kerana orang yang
bertaubat kepada Allah itu berada di suatu tempat yang tak seorang pun berada di situ."