Ads 468x60px

Subscribe:

Labels

Senin, 20 Februari 2012

MEMBANGUN SOLIDARITAS SOSIAL


Oleh: Muhammad Rajab*
            Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan, pertolongan dan kerja sama dengan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Layaknya sebuah bangunan, tidak akan pernah berdiri tanpa ada komponen-komponen yang bersatu dan saling menguatkan. Bangunan akan berdiri kalau ada integrasi antara pondasi, tiang dan atap. Begitu juga dengan manusia tidak ada kehidupan yang nyaman tanpa ada kerja sama dan tolong menolong antarsesama.
            Berinteraksi dengan orang lain memang merupakan fitroh atau sunnatullah yang mau tidak mau manusia pasti melewatinya. Sebab dengan interaksi tersebut, yang satu dapat mengenal yang lain. Dari kesalingmengenalan itu diharapkan dapat tercipta kehidupan yang harmonis.
            Dengan interaksi juga, terbentuklah suatu komonitas (community), masyarakat (society), kelompok dan golongan. Dari komonitas dan masyarakat tersebut terciptalah kerja sama di antara mereka untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma yang telah menjadi kesepakatan bersama, mulai dari dari nilai-nilai moralitas hingga nilai-nilai budaya.
            Selain itu, dengan adanya kerja sama dan solidaritas sosial akan tercipta sikap kepedulian dan tolong menolong antarsesama. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat melindungi yang lemah, dan yang mempunyai kedudukan tinggi menghargai orang-orang yang di bawah.
            Kaitannya dengan Negara Indonesia adalah Negara yang terkenal dengan kesopanannya ini seharusnya untuk tetap mebangun dan menjaga nilai-nilai solidaritas dan humanitas tersebut. Sebab dengan demikian akan tercipta bangsa yang aman, tentram dan harmonis.
            Namun, jika kita melihat kenyataan yang terjadi saat ini, kita akan mengelus dada dan menangis histeris. Sebab nilai-nilai tersebut sudah mulai memudar dari sebagian penduduk negeri ini. Memudarnya nilai-nilai solidaritas dan humanitas tersebut akan memberikan implikasi buruk terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa, baik aspek ekonomi, politik utamanya aspek sosial itu sendiri.
            Mungkin kita melihat bersama di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik, yang terjadi sekarang adalah yang kuat menindas yang lemah, yang mempunyai kedudukan tinggi tidak menghargai rakyat jelata, dan yang kaya tidak memperhatikan saudaranya yang miskin.
            Sebagai contoh konkrit adalah munculnya berbagai macam tindak kekerasan. Itu artinya bahwa yang kuat tidak lagi melindungi yang lemah. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, yakni dengan kekuatan yang mereka miliki, mereka bertindak semena-mena terhadap yang lemah.
            Contoh yang lain adalah maraknya kasus korupsi di pejabat-pejabat tinggi negara kita. Dengan kelakuannya yang bejat dan tidak mencerminkan nilai-nilai solidaritas sosial tersebut, rakyat yang miskin tersiksa karena harus meronta untuk mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup mereka.
Selain itu, angka kemiskinan yang tinggi merupakan salah satu akibat dari kurangnya nilai-nilai solidaritas sosial dan humanitas tersebut. Apalagi setelah naiknya BBM dan bahan-bahan pokok. Menurut Tim Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Tim P2E-LIPI) memperkirakan warga miskin tahun 2008 ini akan bertambah menjadi 41,7 juta orang (21,92 persen). Lonjakan ini akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak 28,7 persen.
Akibat yang ditimbulkan dari kemiskinan tersebut adalah meningkatnya jumlah anak yang terkena gizi buruk atau kekurangan gizi. Menurut data secara global di Indonesia tahun 2006 kasus balita yang terkena gizi buruk mencapai angka 4,2 juta jiwa.
Contoh dampak negatif dari kemiskinan juga adalah peristiwa yang terjadi di Makasar pada tahun 2007. Yaitu, Kematian seorang ibu hamil dan anaknya akibat kelaparan. Padahal, dana yang dianggarkan pemerintah untuk penanganan gizi buruk tidak sedikit. Pada tahun 2007, dana yang diberikan oleh pemerintah pusat ke daerah itu mencapai Rp 600 miliar.
Permasalah yang timbul itu sumbernya adalah hilangnya kepedulian negara atau orang-orang yang mampu terhadap masyarakat miskin. Nilai-nilai solidaritas dan humanitas tidak lagi terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya dapat mengakibatkan munculnya berbagai macam problem yang dapat merugikan semua pihak, dan yang paling bahaya adalah dapat merusak citra bangsa yang terkenal dengan bangsa sopan ini.
Padahal salah satu ciri bangsa yang baik adalah tingginya nilai-nilai huamanitas dan solidaritas sosial di dalamnya. Bagaimana suatu bangsa dikatakan baik, jika para pembesarnya tidak memperhatikan kondisi rakyat di bawah?.
Dengan demikian untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan tenang serta untuk menjadikan bangsa ini berkembang peradaban dan moralnya, maka perlu adanya usaha-usaha untuk menuju hal tersebut. Salah satunya adalah dengan membangun solidaritas sosial. Dengan terbentuknya solidaritas sosial tersebut, maka akan tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini nilai-nilai humanitas yang dapat menciptakan kehidupan ini tentram dan damai serta sejahtera.
Namun, sebelum kita melangkah dan membangun solidaritas sosial, perlu kita sadari bersama bahwa manusia khususnya bangsa Indonesia ini terdiri dari berbagai macam suku, ras dan golongan. Kebiasaan atau tradisi yang satu dengan yang lain tidaklah sama.
Melihat fenomena seperti ini hendaknya dihadapi secara obyektif. Dalam artian bahwa kita harus membaca dan melihatnya dengan tidak menggunakan kaca mata subyektivitas kita. Karena perspektif orang jelas berbeda-beda. Misalnya, ada tradisi yang menurut sebagian orang tidak baik, namun menurut sebagian yang lain itu merupakan sesuatu yang baik.
Dengan demikian untuk membangun dan meningikatkan solidaritas sosial tersebut setidaknya ada beberaopa cara yang dapat ditempuh. Pertama, menumbuhkan rasa simpati dan empati dalam diri terhadap permasalahan yang dihadapi orang lain. Dengan rasa simpati dan empati ini diharapkan dapat menjadikan motivator untuk hidup saling tolong menolong dan membantu serta kerja sama dengan orang lain.
Kedua, Silaturrahim (komunikasi) antarsesama, minimal dengan tetangga terdekatnya. Dengan silaturrahim ini diharapkan bisa menciptakan hubungan emosional yang kuat antara yang satu dengan yang lain. Sebab, secara tidak langsung jika seseorang sering bertemu, akan timbul satu ikatan cinta dan kasih sayang.
Ketiga, Membudayakan saling menyapa saat bertemu. Menyapa bisa dilakukan dengan cara apapun asalkan itu baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Kalau dia seorang muslim maka dengan mengucapkan salam. Walaupun hal ini kelihatan sangat remeh, akan tetapi ini merupakan salah satu kabel penyambung antara seseorang dengan yang lain. Minimal dengan tiga cara inilah solidaritas sosial di masyarakat akan terbangaun.
            Keempat, saling memberi dan tolong menolong serta saling menghormati antarsesama. Artinya, untuk menciptakan dan meningkatkan rasa solidaritas atau ukhuawah antar sesama hendaknya membudayakan salaing memberi, tolong-menolong dan saling menghormati. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat melindungi yang lemah, yang di bawah menghormati di atas dan yang di atas menghargai yang di bawah. Dengan beberapa cara tersebut, maka akan tercipta solidaritas sosial yang tinggi.
*Penulis adalah Jurnalis Koran Bestari Universitas Muhammadiyah Malang



Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar