Ads 468x60px

Subscribe:

Labels

Jumat, 27 Januari 2012

ETIKA BERSAHABAT (BERUKHUWAH)

Materi Halaqah 1
Ada beberapa etika dalam persahabatan, yang disebutkan di bawah ini adalah sebagian saja, yaitu:
Menunjukkan Jalan Kebaikan
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan sendiri tanpa jasa orang lain. Dalam mengarungi bahtera kehidupan dengan orang lain, tentu banyak bertemu dengan aral yang melintangi, atau bahkan menyesatkan jalan hidup ini.
Oleh karena itu, di antara hak dalam pergaulan dan persahabatan dengan orang lain adalah menunjukkan jalan kebaikan dan kesuksesan kepada orang lain. Yaitu menunjukkan sahabat kepada jalan-jalan kebaikan dan kesuksesan.
Dalam hadits Nabi disebutkan:
من دل على خير فله مثل أجر فاعله
“Barang siapa yang menunjukkan orang lain kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala yang sama dengan kebaikan yang ditunjukkannya”

Negative Thinking No.., Positive Thinking Yes..!
Berapa banyak kasus pembunuhan yang terjadi antara dua orang yang bersahabat, atau bahkan bersaudara hanya gara-gara salah sangka. Berapa banyak dua orang bersaudara pecah hanya gara-gara kesalahan dalam menangkap berita yang menjadikannya terburu-buru mengambil keputusan. Di dalam Al-Quran Allah SWT telah mewanti-wanti untuk selalu tabayyun dalam menerima sebuah issu yang belum jelas kebenarannya.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Su’uddhon (berperasangka buruk) adalah di antara penyebab hancurnya persahabatan. Maka dalam persahabatan dan kehidupan sosial sebisa mungkin kita harus berusaha memendam dalam-dalam dan membuang sejauh-jauhnya perasangka buruk tersebut. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), Karena sebagian dari prasangka itu dosa”.
Sebaliknya, husnudhdhon (baik sangka) adalah pengikat dan penyubur cinta dalam persaudaraan. Dengan berbaik sangka kepada teman kita, akan terpancar aura cinta yang akan semakin mengokohkan tali persaudaraan dan ukhuwah kita. Karena di situ lahir sikap saling percaya, tolong menolong dan saling menghormati antara satu dengan yang lain.
Allah berfirman:
أنا عند ظن عبدي بي إن ظن خيرا فله وإن ظن شرا فله
“Aku menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku, jika berprasangka baik, maka akan terjadi kebaikan, jika berprasangka buruk, maka akan terjadi keburukan”.
Berdasarkan hadits qudsi ini, prasangka manusia mempunyai implikasi yang luar biasa pada kehidupannya. Maka dari itu, kita harus selalu berprasangka baik kepada orang lain. Termasuk kepada sahabat. Jika selalu berprasangka baik, maka kebaikan akan selalu bersama Anda dan sahabat Anda.
Jika persepsi atau prasangka Anda negatif, maka juga akan menghasilkan satu emosi yang negatif. W. Clement Stone menyatakan: “ketika kita mampu mengarahkan persepsi kita dengan tepat, kita pasti bisa mengontrol emosi kita”.

Menjadi orang yang bermanfaat untuk saudaramu
Rasulullah mengatakan bahwa orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baik di antara kalian adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.”
Di dalam hadits tersebut terkandung pesan yang sangat mulia, yaitu hendaknya kita selalu menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain walau pun hal tersebut adalah sesuatu yang sangat remeh.

.

Perbanyaklah Kebaikan Anda
Perilaku kita di hadapan teman adalah satu kenangan yang sulit untuk dilupakan. Jika kenangan yang kita tingalkan adalah baik, maka kita akan selalu dikenang kebaikannya sepanjang masa. Berikut adalah perkataan bijak seorang motivator Sholikhin Abu Izzuddin, penulis buku Zero to Hero.
Besi itu kuat
Tetapi api dapat melelehkannya
Api itu kuat
Tetapi air mampu memadamkannya
Air itu kuat
Tetapi matahari bisa mengalahkannya
Matahari itu kuat
Awan bisa menghalanginya
Awan itu kuat
Tetapi angin mampu memindahkannya
Angin itu kuat
Tetapi manusia mampu menahannya
Manusia itu kuat
Tetapi ketakutan bisa melemahkannya
Ketakutan itu kuat
Tetapi tidur bisa mengatasinya
Tidur itu kuat
Tetapi mati itu ternyata lebih kuat
Yang terkuat adalah kebaikan
Ia takkan hilang setelah mati.
Mulai detik ini, hari ini, bersemangatlah untuk berbuat baik kepada orang lain. Sekecil apa pun kebaikan yang kita berikan kepada orang lain pasti mereka akan senang. Allah SWT berfirman:
“Dan berbuat baiklah, Sesengguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”.
Aidh Al-Qorni juga menyebutkan dalam bukunya “Laa Tahzan” bahwa seseorang itu dinilai dari sifatnya yang menonjol. Jika yang menonjol adalah kebaikannya, maka orang akan mengecap kita orang yang baik, namun jika yang menonjol adalah kejelekan, maka orang tidak akan segan-segan untuk mengatakan kita orang yang tidak baik. Maka dengan demikian kita harus lebih memperbanyak perbuatan baik kepada orang lain.
Aidh Al-Qorni juga mengatakan:
“Kebahagiaan Anda adalah ketika sifat-sifat baik yang ada dalam diri Anda bisa mengalahkan dan lebih menonjol dari pada yang buruk. Dengan begitu Anda akan mendapatkan pujian. Bahkan yang tidak ada dalam diri Anda pun akan dipuji atas nama diri Anda. Dan masyarakat sekitar tidak akan pernah percaya kepada Anda bila Anda punya sifat buruk. Air saja bila sudah mencapai dua qullah, bisa disebut suci. Juga gunung akan tetap disebut gunung meski bebatuannya tidak bertambah dan tidak berkurang.”

Hindari Dengki dan Iri Hati
“Syirik” atau iri hati dan dengki adalah sifat yang harus dijauhi dalam kehidupan sosial. Percaya atau tidak, ketika kita mendengki seseorang, maka yang kita rasakan adalah kegelisahan, ketidaktenangan hati, serta akan mencari-cari celah untuk menunjukkan kesalahan orang yang didengki.
Orang yang mempunyai sifat dengki, akan selalu menjauh dari orang lain. Ia tidak senang melihat orang lain bahagia karena mendapat nikmat, sebaliknya dia senang melihat orang lain susah dan menderita. Makanya Rasulullah SAW memberikan perumpamaan bagi para pendengki, bahwa pahala amal baiknya akan terkuras seperti api memakan kayu bakar. Rasulullah SAW bersabda:
إياكم والحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
“Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya sifat dengki itu akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar,”
Setidak-tidaknya ada empat tipologi orang pendengki, yaitu:
1. Ada pendengki yang berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh orang yang didengkinya, dengan ucapan seperti fitnah dan perbuatan, meskipun dia tidak mengharapkan nikmat tersebut pindah kepada dirinya.
2. Ada pendengki yang selain berusaha menghilangkan nikmat dari orang yang didengkinya, ia juga berusaha memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya.
3. Ada orang yang bila mendengki orang lain, ia tidak melanjutkan dengki itu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
4. Ada lagi iri hati yang tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tetapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Jika nikmat tersebut bersifat duniawi, maka tidak ada kebaikannya sama sekali. Iri hati seperti inilah yang juga ditunjukkan oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, seperti yang dilakukan orang-orang kepada Qarun. Allah SWT berfirman:
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”
Orang yang selalu mendengki terhadap orang lain, maka selamanya dia tidak akan mendapatkan teman kecuali sesama pendengkinya. Walaupun ada orang yang mau berteman dengannya, paling hanya sifatnya sementara, dan ketika tahu dia adalah suka mendengki, orang tersebut dengan sendirinya akan akan menjauh darinya karena takut sifat dengkinya akan merugikannya.
Kalau kita ingin mempunyai teman, sahabat dan saudara yang banyak serta selalu setia dan baik hati kepada kita. Hindari sifat dengki sejauh-jauhnya. Karena sifat dengki ini tidak lain hanya akan merusak hubungan persahabatan. Bagaimana tidak, Jika salah satu dintara sahabat kita yang mendapatkan nikmat, seorang pendengki di antara mereka tidak akan merasa senang melihatnya. Dia akan gelisah dan gundah sehingga nikmat itu hilang dari sahabat kita tersebut.
Prof. Dr. Hamka mengatakan, biasanya kata-kata fitnah, hasud (dengki) dan gunjingan itu timbul dari semangat kecil dan kerap datang dari jiwa minder, rasa rendah diri, rasa ditinggalkan atau diasingkan, rasa tidak diikutsertakan. Adapun yang dapat menghilangkannya adalah adanya pertemuan hati dengan hati (saling pengertian).

Budayakan Saling Menghormati Di Antara Kalian
Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazaiiri bahwa kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya adalah saling menghormati. Yang kecil menghormati yang besar dan yang besar menghargai yang kecil. Rasulullah SAW bersabda:
من لا يرحم لا يرحم
“Barang siapa yang tidak menghormati (orang lain) maka dia tidak akan dihormati (oleh orang lain)”.
Demikian pula, dalam sebuah persahabatan. Kita sebagai manusia yang diberikan kelebihan dan juga kekurangan oleh Allah SWT harus bisa menghargai dan menghormati orang lain. Ketika ada orang yang berbicara maka penghormatan kita kepadanya adalah mendengarkan dan memperhatikannya. Walaupun orang yang berbicara kepada kita kedudukannya lebih rendah dari kita.
Ketika ada orang yang menasehati kita, penghormatan kita adalah menerima nasehatnya, selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Walaupun orang yang menasehati kita adalah seorang pemulung sampah misalnya, tapi kalau nasehatnya benar dan bermanfaat maka harus kita terima dengan lapang dada.
Budayakan sikap saling menghormati dalam pergaulan kita sehari-hari dengan teman-teman kita. Karena persahabatan tidak memandang harta. Persahabatan tidak memandang kedudukan dan keturunan. Semua kita sama yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada seluruh ummatnya untuk menghormati orang lain. Tak pandang apaka ia orang miskin atau orang kaya, pegawai atau petani, pejabat atau rakyat biasa, semuanya sama kedudukannya dan diperintahkan untuk saling menghormati. Beliau bersabda:
ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه

“…Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya.”

Tepati Janji, Niscaya akan Timbul Rasa Saling Percaya
“Janji adalah hutang”. Itulah kata-kata bijak yang sering diungkapkan orang hal perjanjian. Memang demikian Islam mengajarkan ummatnya. Karena sesuatu yang dijanjikan adalah harapan bagi orang lain. Maka dari itu, tepatilah janji yang kita ucapkan kepada teman atau sahabat.
Bagaimana perasaan Anda ketika ada orang yang berjanji kepada Anda kemudian dia tidak memenuhinya? Tentu yang dirasakan adalah kekecewaan. Bahkan Anda akan merasa kurang percaya lagi padanya. Lebih-lebih jika sudah berulang kali ia mengkhianati perjanjian dengan Anda.
Dalam persahabatan, ingkar janji merupakan racun yang akan merusak organ-organ persahabatan yang sudah tersusun rapi. Dalam bersahabat jangan sekali-kali mengingkari janji, jika kita masih ingin hidup harmonis dan damai dalam persahabatan.
Ketika berjanji kepada teman atau sahabat, maka konsekuensinya adalah menepati dan memenuhi janji itu. Jika ada udzur (halangan) yang tidak bisa dihindari, dan tidak bisa menepati janjinya, maka hendaknya ada pemberitahuan supaya teman atau sahabat kita tidak kecewa. Islam menganjurkan untuk tidak banyak mengumbar janji kalau sekiranya tidak sanggup menepati. Karena bila tidak bisa menepati, hal itu akan mengurangi kepercayaan orang lain.
Atas dasar itu, Islam menganjurkan umatnya, jika berjanji atas sesuatu terhadap orang lain, maka ucapkanlah “insya Allah” yang artinya jika Allah mengizinkan. Tapi bukan berarti kita boleh mengingkari janji dengan alasan sudah mengucapkan “insya Allah” yang artinya jika Allah mengizinkan. Tetapi ada usaha yang maksimal untuk menepati janji tersebut. Jika di kemudian hari ada halangan yang tidak bisa dihindari karena keterbatasan kita, maka janji itu boleh kita langgar.Tentunya harus ada pemberitahuan terlebih dahulu.
Rasulullah SAW mengecap orang yang suka ingkar janji sebagai orang yang munafik. Di dalam hadits Rasulullah SAW menggambarkan bahwa ada tiga ciri orang munafik. Pertama, apabila berkata ia dusta. Kedua, apabila berjanji ia ingkar. Ketiga, Apabila diberi amanah ia khianat.
Dalam kehidupan sosial orang harus mampu menjaga janji sebaik mungkin dan kalau perlu harus dicatat dalam buku harian agar tidak mudah lupa. Jika seseorang selalu menepati janji, maka akan timbul rasa saling percaya antara satu dengan yang lain. Dan inilah yang dapat menjadikan ikatan persaudaraan dan persahabatan semakin kokoh ibarat satu organ bangunan yang satu dengan yang lain saling menguatkan.

Jangan Membuka Cela Sahabatmu
Manusia tidak bisa lepas dari salah dan lupa. Dan setiap manusia tidak ingin kesalahan dan kekhilafannya diketahui orang lain. Maka dari itu Islam mangajarkan umatnya agar tidak membuka apalagi menyebarkan aib orang lain.
Merupakan suatu cela yang sangat besar, bila seseorang membuka atau membeber cela dan aib sahabatnya terutama di hadapan orang lain. Aib yang ada pada sahabat atau teman harus ditutup rapat-rapat. Karena membuka aib teman itu akan menyebabkan perpecahan.
Secara manusiawi orang yang terbuka celanya akan malu dan kecewa. Maka sahabat yang baik adalah sahabat yang pandai-pandai menjaga aib temannya. Allah SWT akan menutupi aib seseorang selama orang tersebut bisa menjga dan menutup aib orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
…ومن ستر مسلما ستره الله يوم القيامة
”Barang siapa menutupi aib orang lain di dunia maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.”
Bahkan dalam memberikan nasehat pun atau mengingatkan sahabat kita juga dianjurkan untuk tidak menyebut kesalahan yang telah dilakukan dihadapan orang banyak. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga nama baik dan menghindarkan diri dari ketersinggungan sahabat yang kita sebut itu. Imam As-Syafi’i mengatakan:
Kemukakanlah nasehatmu kepadaku dengan empat mata
Jangan kamu mengemukakannya kepadaku di hadapan orang banyak
Sesungguhnya nasehat di hadapan orang banyak
Sama dengan melecehkan harga diri
Aku tidak mau mendengarnya
Jika engkau menentangku dan tidak mau mengikuti saranku
Maka janganlah terkejut bila nasehatmu tidak ditaati.
Bagaimana agar kita bisa terhindar dari sikap mencela teman dan sahabat kita?. Menurut Al-Gazali agar kita tidak mudah menghina dan membuka aib orang lain, yaitu dengan cara menyadari bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Nah, dari situ timbul pergaulan dan hubungan dan kemudian meningkat menjadi persahabatan dan persaudaraan. Dari rasa persaudaraan inilah manusia tahu bahwa menghina dapat merusak keharmonisan hubungan sosial.

Terbukalah Terhadap Sahabatmu
Sahabat adalah bagian dari hidup seseorang. Ia adalah tempat berbagi rasa. Hendaknya seorang sahabat merasa senang, jika yang lain senang, merasa susah, saat sahabat yang lain susah. Sahabat adalah tempat curhat (curahan hati). Setiap permasalahan yang dihadapi bisa dicurahkan dan diutarakan kepada sahabat. Karena dengan demikian seorang sahabat akan terdorong untuk membantu dalam menyelesaikan masalah yang sedang hadapi.
Orang yang selalu menutup diri terhadap sahabatnya, akan merasa kesulitan dalam menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Sehingga di setiap kesehariannya dipenuhi dengan ketidaktenangan dan kewaswasan.
Perlu disadari bahwa sebuah permasalahan hidup, kalau dijalani sendiri akan terasa berat, akan tetapi jika diselesaikan secara bersama-sama, maka akan terasa ringan dan mudah. Bukankah ada pepatah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Bukankah sapu yang kita pakai untuk menyapu halaman kita itu kumpulan dari banyak lidi, bayangkan jika sapu tersebut hanya terdiri dari satu lidi, butuh berapa jam untuk membersihkan satu halaman rumah.
Oleh karena itu, bersifat terbukalah kepada sahabatmu dalam hal-hal yang yang sekiranya itu membtuhkan pertolongan dari orang lain. Karena diari situ akan muncul solusi problem solving.

Jujur Vs Dusta
Dalam interaksi sosial, manusia tak pernah lepas dari komunikasi dan berbincang-bincang dengan orang lain. Karena komunikasi atau ucapan merupakan salah satu kabel penyambung antara satu orang dengan orang lain.
Dalam berbicara dan ngobrol dengan teman, sahabat serta orang lain diperlukan kejujuran. Kejujuran adalah modal utama dalam menciptakan keharmonisan hidup. Dalam artian bahwa sesuatu yang dibuat-buat atau pemutarbalikan fakta akan menimbulkan kebencian yang mendalam jika keadaan yang sebenarnya terungkap.
Tidak jarang ditemukan di masyarakat kita, mereka berani berbohong terhadap sahabat bahkan saudaranya sendiri demi keuntungan pribadi semata. Tindakan ini merupakan tindakan tercela yang dapat merobek-robek ikatan hati dalam persahabatan.
Al-Gazali mengemukakan, dusta adalah bahaya yang timbulnya dari lidah. Berdusta merupakan suatu kelakuan buruk dan merupakan suatu dosa besar yang dapat merusak pribadi dan masyarakat. Artinya bahwa perbuatan dusta benar-benar dapat merusak hubungan persahabatan. Allah SWT berfirman:
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.”
Dusta merupakan suatu cacat masyarakat di setiap zaman. Maka ia menyebabkan banyak kehinaan dan keburukan dalam masyarakat tersebut. Selain itu, dusta dapat menimbulakan kebencian di antara manusia dan menghilangkan kepercayaan di antara mereka, serta menjadikan mereka saling menjauh dan tidak tolong menolong, sehingga hilanglah kerukunan hidup. Naudzubillah mindzalik.
So, kejujuran merupakan kunci untuk membangun kepercayaan dan kehidupan yang harmonis dalam persahabatan dan masyarakat. Persahabatan yang dibangun di atas kebohongan dan dusta hasilnya tidak akan tahan lama. Mau gak persahabatan Anda berakhir dengan pertikaian dan tetesan darah?.
Kalau gak, hindarilah dusta, sebab persahabatan dan pergaulan yang dibanjiri dengan dusta dan kebohongan tak akan pernah langgeng alias tidak akan bertahan lama.

Disalin dari buku:
The Secrets of Frienship, yang ditulis oleh Muhammad Rajab, dan diterbitkan di Prestasi Kelompok GIP Jakarta, 2010.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar